BERITA TERKINI

Daeng : Memalukan, Krisis tak Jadi Gara gara Corona


JAKARTA,Khatulistiwanews.com
- Pengamat Ekonomi dan Politik, Salamuddin Daeng mengemukakan bahwa meski sudah diterbitkan perpu No 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). Dimana Perpu yang diterbitkan dengan alasan terjadi darurat keuangan, darurat moneter dan darurat fiskal.

Dalam hal ini, ungkap Daeng bahwa Corona dituduh sebagai biang kerok segala macam masalah ekonomi, keuangan, moneter, fiskal yang terjadi di Indonesia. Korona dituduh penyebab nilai tukar ambruk, bursa saham merosot, utang membengkak, industri bangkrut.

Terkait itulah, kemuka Daeng yang juga merupakan Direktur Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) katakan Rupiah diprediksi merosot ke Rp. 20 ribu per USD, defisit APBN diprediksi membengkak diatas 5% GDP."Dimana, mereka (RED : Pengusaha) mengklaim 15 juta orang terkena PHK. Sementara, Presiden mengatakan akan terjadi krisis pangan sangat besar. Semua hal yang paling buruk yang menimpa Indonesia ini karena korona," ujar Daeng.

"Mengenai hal ini, terkesan terdengar nada nada akan ada kerusuhan, chaos, akibat kondisi ekonomi yang hancur lebur," celetuknya menimpali.

Bajakan, ditengarai keseemua kebangkrutan ekonomi ini karena korona, Bukan karena tata kelola yang buruk, target anggaran yang ambisius, korupsi dimana mana, penggelapan pajak, pelarian keuntungan hasil pencurian kakayaan alam hasilnya dilarikan ke luar negeri, paparnya.

"Padahal yang kesemua itu yakni kejahatan keuangan, penjarahan kekayaan alam, peras BUMN, terjadi sehari secara telanjang di depan mata rakyat Indonesia," jelas Daeng.

"Lalu, dengan Perpu tersebut pemerintah berencana mengambil utang Rp. 1006 Triliun lebih, menalangi (bailout) sektor keuangan Rp. 405 Triliun lebih. Bahkan dengan Perpu tersebut BI diusulkan mencetak uang hingga ribuan triliun sebagai dana stimulus keuangan bagi bank, perusahaan, dan bagi APBN yang diprediksi gagal bayar utang," ujar Daeng mengkritisi.

"Lalu, ternyata semua yang digambarkan elite ini tidak terjadi, rupiah meski turun sedikit, masih stabil di angka Rp. 15 ribu per USD. APBN turun sedikit dibandingkan tahun lalu akibat pelemahan harga minyak, dan penurunan pajak kepada pengusaha besar. Belum ada satu bank pun memperlihatkan masalah liquiditas," paparnya.

Sementara, nampak juga orang orang masyarakat umum tetap bayar kredit sebagaimana biasanya. Bahkan permintaan utang bertambah akibat dua bulan belakangan tidak bekerja.

"Malah, konsumsi listrik masyarakat meningkat selama korona, dan PLN tidak jadi kehilangan revenue. PHK yang digambarkan 15 juta orang, setara dengan jumlah penduduk DKI+Depok+Bekasi+Tanggerang, ternyata karangan pengusaha menakut nakuti pemerintah. Supaya mau talangi utang pengusaha," lanjut Daeng menduga.

"Jadi tidak jadi dong bangkrut pemerintah dan perusahaan? Lah Indomaret dan Alfamart orang belanja masih rame  antri tiap hari, hasil panen padi petani agak lumayan tahun ini," paparnya.

Malahan, kemuka Daeng nampak juga Gara gara diam di rumah merokok jadi banyak perusahaan rokok tambah kaya, karena rajin buka WhatsApp jadi beli pulsa banyak dan Telkom untung besar.

"Hanya mungkin pemerintah dan pengusaha yang gagal bayar utang tahun depan 2021. Siapa suruh mereka ugal ugalan. Jangan salahkan rakyat ya, apalagi membebankan utang kepada rakyat. Aparat jaga itu semua lini, jangan sampai mereka bawa kabur uang ke luar negeri !," tandasnya.(Nico)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.