BERITA TERKINI

Filsafat Adat Di IKN Nusantara

 

Oleh : 


H. Albar Sentosa Subari ( Ketua Pembina Adat Sumsel ). 

Dan 


Marsal ( Pemerhati Hukum Adat Indonesia )




Muara Enim, Khatulistiwa News (16/03) Preseden RI Joko Widodo meminta para Gubernur untuk membawa 1 kg tanah dan 2 liter air dari masing masing provinsi ke titik nol Ibu Kota Negara Nusantara.

Gubernur Sumatera Selatan membawa tanah dari Bukit Siguntang dan air yang berasal dari sembilan air yang mengalir bermuara ke Sungai Musi, dikenal dengan sebutan Batanghari Sembilan. Sekedar mengingatkan kembali sungai sungai apa yang mengalir ke Sungai Musi dimaksudkan adalah Sungai Lematang, sungai Kelingi, Sungai Beliti, Sungai Lakitan, Sungai Rawas, Sungai Rupit, Sungai Batang Barleko, Sungai Ogan, Sungai Komering.

Bukit Siguntang merupakan bukit suci sepanjang masa, kata pejabat yang dikutip koran lokal tanggal 15 Maret 2022 hal 7.

Demikian pula tentu nya setiap Gubernur yang hadir saat itu masing masing membawa air dan tanah yang mereka anggap memiliki keistimewaan.Tanah dan air tersebut disatukan ke dalam gentong Nusantara.

Terlepas dari semua sejarah ataupun mitos tersebut. Kita tentu tidak berkompeten untuk menganalisis nya.

Pada kesempatan kali ini kita akan kaitan bahwa proses pembangunan ibu kota Nusantara, tidak terlepas dari filsafat adat yang RELIGIUS MAGIS, artinya bahwa di atas manusia , ada kekuatan gaib yang mengatur diri nya. Selain mungkin ada makna lain nya yang tersirat di dalam peristiwa bersejarah itu.

Filsafat hidup menurut adat melihat tujuan manusia di dunia adalah untuk mendapatkan kesempurnaan sebagai manusia.Kemakmuran materill saja karena nya tidak menjadi dambaan yang pokok dan utama lebih lebih sebagai satu satunya harapan. Yang ingin dicapai menurut filsafat adat adalah tercapainya derajat dan martabat manusia. 

Dari itu menurut filsafat adat, seorang manusia dalam hidupnya harus mengusahakan dirinya menjadi seorang yang berbudi luhur, dengan tahu malu yang tinggi.

Di dalam filsafat hidup yang demikian, masyarakat adat yang diidamkan adalah suatu masyarakat yang tidak hanya makmur secara material saja, akan tetapi masyarakat yang penuh rasa kebahagiaan lahir batin bagi segenap warganya.

Menurut masyarakat yang demikian,di dalam adat dirumuskan sebagai masyarakat yang TATA, TENTERAM, KERTA RAHARJA.

Artinya Tata ialah bahwa segala sesuatu berjalan sesuai dengan tertib. Tenteram bahwa semua berlangsung sedemikian rupa sehingga masing-masing warga masyarakat berada dalam ketenangan hidup. 


Artinya setiap warga dalam melangsungkan kehidupan yang tertib berkecukupan dari segi material nya . Raharja berarti perasaan kepuasan batin sehubungan dengan tuntutan hidupnya dirasakan telah terpenuhi secara memadai dengan segala idaman yang sepantasnya. Adat, di mana termasuk hukum adat di dalam nya, adalah suatu nama lain dari kebudayaan rakyat Indonesia. Filsafat budaya adat yang kini dinamakan filsafat Pancasila berisi pandangan hidup beserta prinsip prinsip yang lain dari apa yang disebut sebagai filsafat hedonisme. Adat kita berpangkal dari prinsip prinsip pertama kolektivisme atau kebersamaan, kedua tidak menganut khususnya materialisme tetapi idealisme.

Filsafat adat atau disebut filsafat Pancasila, disebut dalam bukunya Prof.Dr. HM.Koesnoe,SH, Hukum adat Dalam alam  kemerdekaan nasional dan persoalan nya menghadapi era globalisasi, 1996, hal. 135.

Sifat kolektivisme tersebut tergambar saat pengisian gentong ibu kota negara Nusantara tanggal 14 Maret 2022.

Bahwa pembangunan IKN tanggung jawab bersama masyarakat Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke.

Simbul makna yang kita maksudkan di atas, terlepas dari unsur budaya yang lainnya.

Yaitu simbol ke Bhinneka Tunggal Ika.

Tentu saja yang diredhoi oleh Allah SWT.

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.