MUARA ENIM, Khatulistiwa news (8/11)- Fenomena Gerhana Bulan Total di Indonesia Muara Enim Khususnya disambut antusias oleh umat Islam dengan melaksanakan salat Sunnah gerhana bulan.
Salah satunya di Masjid At Taqwa Kopel Tangsi Kelurahan Pasar II Kecamatan Muara Enim tadi sesudah Sholat Maghrib dengan Imam Marsal ( Penghulu KUA Kecamatan Muara Enim ). Selasa (8/11/2022).
Pelaksanaan salat sunah dua rakaat atau salat khusuf dilaksanakan sekira pukul 18:15 WIB. Dengan Imam Sholat Ustadz Firmansyah ( Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Muara Enim ). Dan Khotibnya adalah Marsal ( Penghulu KUA Kecamatan Muara Enim ).
Sebelum dimulai, pengurus masjid mengajak kepada para jemaah untuk melaksanakan shalat maghrib bersama untuk turut serta mengikuti shalat Gerhana bulan dua rakaat.
"Alhamdulillah tadi jamaah banyak ikut salat Gerhana bulan, di antaranya ada Kapolres Muara Enim yg ikut Sholat Maghrib dan Sholat Khusuf ( gerhana bulan ), pengurus Mesjid At Taqwa serta para jemaah sekitar Mesjid.
Marsal dalam Khotbahnya mengajak jamaah sholat Khusuf Berpikir merenungkan hakikat proses penciptaan alam semesta kemudian berpikir dan merenungkan
tentang makhluk-makhluk Allah dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk ibadah kepada-Nya.
Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah Saw. dalam Riwayat Abu Nu’aim:
Berpikirlah tentang ciptaan dan jangan berpikir tentang
Pencipta, karena kamu tidak akan mampu memikirkan-Nya.
Kita sering berpikir dan menyimpulkan bahwa ibadah itu adalah shalat, puasa, zakat dan haji. Memang benar itu adalah bagian dari ibadah mahdhah, akan tetapi selain ibadah mahdhah tersebut terdapat
ibadah-ibadah lainnya, bahkan tidak kalah penting, yakni merenungkan proses terciptanya alam semesta, merenungkan gejala gejala alam yang muncul di alam semesta, berfikir tentang terjadinya gerhana bulan dan matahari dan lain sebagainya. Lalu perlu diingat pula, justeru proses perenungan tersebut didahului dengan ibadah
shalat, yang menandakan bahwa kesempurnaan ibadah mahdhah
adalah apabila diiringi dengan ibadah ghairu mahdhah.
Lantas mengapa bertapakur, berpikir atau merenung tersebut menjadi bagian dari ibadah penting?
Sebagaimana kita ketahui, bahwa akal adalah bentuk varian tertinggi dan termulia dari bagian tubuh kita yang lain, akal inilah yang membedakan antara manusia dengan makhkluk-makhluk Allah
lainnya. Akal adalah karunia Allah terbesar untuk manusia, nyaris semua kemampuan pisik yang dimilkiki kita, di punyai pula oleh binatang, bahkan bisa saja binatang lebih handal dan lebih cerdik
dalam hal-hal tertentu. Akan tetapi lihatlah, sehebat apapun binatang
kemampuannya, dia tidak akan mampu menciptakan sebuah peradaban. Akan tetapi lihatlah manusia, dengan kelebihan dari
anugerah Allah berupa akal, manusia mampu menciptakan peradaban, mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan sekarang kita sedang berada di suatu zaman yang sangat canggih, utamanya dalam
perkembangan teknologi informasi. Komiunikasi antara manusia tidak lagi dipisahkan dengan jarak, ruang dan waktu. Peristiwa yang terjadi di belahan dunia, detik ini pun bisa di akses dari ruangan
tempat kita berada.
Perintah Allah untuk berpikir dan merenung ini sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat ke-190-191:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Gerhana bulan merupakan salah satu bagian dari gejala dari
fenomena-fenomena alam. Perhatikanlah, dibalik peristiwa ini ada
kekuatan besar yang nampak ketika kita mampu merenunginya. Para
ahli astronomi menyimpulkan bahwa gerhana bulan terjadi saat
sebagian atau seluruh penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi.
Peristiwa tersebut berlangsung apabila bumi berada di antara
matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama. Pada saat itu
cahaya matahari tidak sampai ke bulan karena terhalang oleh bumi.
Maka fenomena alam seperti ini menandakan bahwa bumi,
bulan, matahari, serta seluruh tatanan angkasa bergerak sesuai garis
orbit (manzil) nya, dan inilah yang disebut sunnatullah. Keteraturan, keharmonisan dan keserasian sistem tata surya pada galaksi bima
sakti ini menjadi pakta bahwa Allah Maha Mengatur segalanya, termasuk gerak teraturnya planet-planet tersebut. Subhanallaah.
Penomena alam seperti gerhana bulan ini benar-benar tidak bisa
direkayasa oleh manusia, gerhana bulan ini dan benar-benar dikendalilakan oleh Dzat Yang Maha Pengatur. Coba kita perhatikan dengan fenomena yang lain seperti fenomena biologi dalam
kehidupan manusia, seperti bibit tumbuhan yang bisa direkayasa oleh manusia-manusia pintar, bibit tumbuhan yang satu dikawinkan dengan bibit yang lain, atau bibit yang satu dicangkok dengan bibit yang lain, maka akan terlahir bibit-bibit baru. Akan tetapi tidak mungkin manusia mampu merekayasa pergerakan alam semesta,
misalnya dengan memajukan atau menjadikan gerhana lebih cepat
atau lebih lambat. Tidak mungkin manusia mampu menghentikan lajunya peredaran planet-planet dan bintang-bintang.
Sungguh fenomena alam adalah sesuatu yang tidak mungkin untuk diubah-ubah, diutak atik oleh manusia, Hanya Dzat yang menciptakannyalah yang mampu mengutak atik dan mengubahnya.
Maha Besar Allah yang telah menciptakan makhluknya.
Jadikanlah fenomena alam yang sedang terjadi ini menjadi perantara agar kita semakin tunduk dan patuh di hadapan Allah Swt.
kembali kepada Allah melakukan pertaubatan, memperbaiki kesalahan- kesalahan yang pernah kita lakukan, rasakan dengan jiwa kehadiran Allah dalam setiap helaan nafas dan setiap gerakan sendi sendi saat kita rukuk dan sujud.
Ada baiknya kita merenungkan nasihat Hujjatul Islam Imam AlGhazali dalam menyikapi terjadinya fenomena alam gerhana bulan: َ
Apabila terjadi gerhana bulan milikilah, munculkanlah rasa takut, tampakkanlah rasa gelisah, segeralah bertobat, jangan
bersikap mudah bosan, segera melaksanakan shalat, berlama-lama
dalam shalatnya, dan merasakan adanya peringatan.
Dalam panadangan Imam al-Ghazali, gerhana bulan adalah suatu kejadian atau peristiwa untuk merenungkan keagungan Allah yang Maha Agung.
Kedahsyatan kekuasaan-Nya yang berhasil dihayati oleh manusia beriman akan dilanjutkan dengan mengondisikan hati
untuk merendah di hadapan-Nya, gelisah dengan dosa-dosa, betah
dalam upaya dan usaha mendekatkan diri, lalu berlanjut dengan
memperbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah. Ungkapnya.(Redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar