BOGOR,Khatulistiwa news (09/11) - Gelar tasyakuran atas pengangguran gelar Pahlawan Nasional kepada almarhum KH. Ahmad Sanusi, sang pendiri Persatuan Umat Islam ( PUI ).
Ketua ewan Pengurus Daerah ( DPD ) Persatuan Ummat Islam ( PUI ) Kabupaten Bogor, H Samsi Akbar Aflah menilai bahwa hal tersebut patut dan pantas disyukuri sebagai bagian keluarga besar PUI.
Pasalnya, Samsi Akbar Aflah menilai penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada pendiri PUI yakni, KH. Ahmad Sanusi merupakan suatu kebanggaan dan juga sepirit bagi anak-anak ideologis dari KH. Ahmad Sanusi.
"Alhamdulillah dengan dianugerahkan nya pahlawan nasional. Ini patut dan pantas kita syukuri sebagai bagian keluarga besar PUI tentunya," ungkapnya.
Selain itu, pada kegiatan yang dilakukan secara sederhana namun penuh khidmat, Samsi Akbar Aflah merasa yakin bahwa PUI di Kabupaten Bogor akan lebih maju. Dimana keberadaan nya akan terasa bagi ummat.
"Insyaallah PUI khusus nya di Kabupaten Bogor akan lebih maju dan keberadaan nya akan terasa buat ummat, karena PUI ini adalah ormas sosial dakwah," ujarnya.
Lebih lanjut, Samsi Akbar membeberkan bahwa kegiatan tasyakuran tersebut dilaksanakan secara serentak oleh seluruh keluarga besar PUI.
Karena berdasarkan keputusan Presiden Nomor 96 TK Tahun 2022 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, yang ditetapkan di Jakarta pada 3 November 2022.
"Presiden RI, Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada lima tokoh yang merupakan hasil seleksi Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan di Istana Negara," Tukas pria yang di Idam-idam kan menjadi wakil rakyat pada tahun 2024 nanti.
Sebagai informasi, berikut adalah sejarah singkat berdiri orang ganisasi Persatuan Umat Islam ( PUI ).
Awal mula berdirinya PUI uang pertama, Jam'iyyah Hajatoel Qoeloeb yang berdiri di Majalengka pada Senin, tanggal 17 Juli 1911 M/ 20 Rajab 1329 H sebagai perkumpulan, didirikan oleh KH. Abdul Halim.
Tujuannya, mewadahi kegiatan taklim agama Islam yang sudah berlangsung sebelumnya dengan nama Madjlisoel 'Ilmi, serta program pendidikan melalui madrasah l'anat al Muta'allimin dan kegiatan sosial ekonomi melalui koperasi dan usaha pertanian.
Jam'iyah Hajatoel Qoeloeb melalui rapat pengurus pada Selasa 16 Mei 1916 M/13 Rajab 1334 H, diubah menjadi Jam'iyah l'anat al-Muta'allimin.
Namun, ketika diurus izinnya ke pemerintah Hindia Belanda, atas saran Haji Oemar Said Tjokroaminoto, namanya diubah menjadi Persjarikatan Oelama (PO) yang ditetapkan melalui besluit pemerintah pada Jum'at 21 Desember 1917 M/ 06 Rabbi ul Awwal 1336 H.
Gouvernements Besluit No. 43 (ANRI) besluit ini diperbarui pada Sabtu, 19 Januari 1924 M/ 12 Jumadil Akhir 1342 H dan pada Rabu 18 Agustus 1937 M/11 Jumadil Akhir 1356 H.
Tanggal pengesahan PO dari pemerintah yaitu 21 Desember 1917 M/ 06 Rabbi'ul Awwal 1336 H kemudian ditetapkan sebagai HARI LAHIR PUI oleh Sidang Majelis Syura PUI
Kedua, Al-Ittihadijatoel Islamijjah (AII) yang berdiri pada Sabtu, 21 November 1931 M/11 Rajab 1350 H di Batavia Centrum (Jakarta dari tahun 1931-1934) dan selanjutnya berpusat di Sukabumi (1934-1952) didirikan oleh KH. Ahmad Sanusi.
Kemudian, namanya diubah menjadi Persatuan Oemmat Islam Indonesia (POI) pada Selasa 01 Februar 1944 M06 Shafar 1363 H.
Dengan tujuan menggalang persatuan di kalangan bangsa Indonesia dan untuk mengurangi pertentangan di antara umat Islam, atas Prakarsa KH. Abdul Halim, Mr. Syamsudin dan KH Ahmad Sanusi.
Dimana, ketiganya adalah anggota BPUPKI, kedua perhimpunan tersebut selanjutnya mengadakan fusa di Bogor pada Sabtu, 09 Rajab 1371 Hijriyah bertepatan dengan 5 April 1952 Miladiyah (Niko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar