Muara Enim, Khatulistiwa news (07/06) Menteri koordinator Bidang Kemaritiman dan investasi , dengan alasan membatasi pengunjung ke candi Borobudur, menerapkan sistem tarif yang berlaku yang baru.
Untuk turis lokal diharuskan membayar tiket masuk Borobudur Rp 750.000 setiap pengunjung.
Sebelum kenaikan, tiket masuk Borobudur hanya Rp.50.000, untuk yang berusia diatas 10 tahun, untuk usia anak 3 sampai 10 tahun Rp.25.000, di bawah tiga tahun gratis.
Untuk perorang yang berlaku rombongan Rp.25.000.
Dengan kenaikan tarif masuk ke Borobudur tersebut tentu akan berdampak dengan sendirinya jumlah pengunjung terutama wisatawan lokal.
Karena umumnya wisatawan lokal selama ini berkunjung ke Borobudur tidak lain untuk melihat bertapa indahnya karya nenek moyang kita. Dengan berkunjung ke Borobudur diharapkan generasi penerus bangsa akan bangga bahwa Indonesia merupakan negara yang besar, terbukti Borobudur dijadikan sebagai salah satu peninggalan sejarah.Yang tentu cerita cerita tentang Borobudur tertulis secara abadi pada buku buku pelajaran mulai dari tingkat dasar sampai menengah .
Namun disayangkan dengan kebijakan yang baru tersebut yaitu menaikan tarif masuk ke Borobudur itu akan berdampak luas baik dari sisi sejarah maupun kebanggaan anak bangsa yang bangga akan kebesaran peninggalan nenek moyang mereka.
Umumnya wisatawan lokal tidak semua berlebih uang, namun selama ini mereka ingin melihat secara faktual bentuk fisik dari candi Borobudur, yang mungkin selama ini mereka pelajari ataupun mendengar cerita cerita orang tua mereka, apalagi yang pernah berkunjung ke sana.
Kalau tidak ada kebijakan yang baru yaitu merevisi nya, maka generasi yang akan datang hanya dapat mengenali nya melalui media sosial tanpa harus menginjak kaki ke sana.
Sedangkan mereka tahu itu merupakan milik nya sendiri sebagai anak bangsa.
Belum lagi kalau dikaji dari sisi ekonomi bagi pedagang pedagang yang berada di sekitar di sekitar zona candi Borobudur, tentu akan berdampak penurunan omzetnya karena berkurangnya wisatawan yang berkunjung terutama wisatawan lokal.
Belum lagi persoalan persoalan yang dihadapi oleh umat menganut kepercayaan bahwa candi Borobudur adalah tempat mereka beribadah dan lain sebagainya.(Redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar