BERITA TERKINI

13 ASAS PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA



Oleh : 


H. Albar Sentosa Subari ( Ketua Pembina Adat Sumsel ). 

Dan 

Marsal ( Penghulu KUA Kecamatan Muara Enim )



Muara Enim, Khatulistiwa News-(15/01) Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik dan Berwibawa ( AAUPB )

Pilihan penggunaan istilah clean and strong government dilandasi pemikiran bahwa istilah strong lebih sesuai untuk menunjuk pada subjek yaitu Pemerintah. Istilah good lebih menunjukkan pada proses pemerintahan, sehingga sering dikaitkan dengan istilah government,yaitu kepemerintahan yang baik.

Parameter terujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa adalah kepatuhan pemerintah terhadap putusan Peradilan TUN. Guna mewujudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa, pemerintah perlu mematuhi dan melaksanakan Asas Asas Umum Pemerintahan yang baik dalam Penyelenggaraan pemerintahan.

Perwujudan pemerintah yang bersih dan berwibawa dalam negara kesejahteraan mensyaratkan adanya sistem pengawasan yang efektif berdasarkan parameter pengawasan, diantaranya menggunakan parameter Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik ( algemene beginselen Van behoorlijk bestuur)

AAUPB yang sering digunakan dalam menguji Keputusan TUN di Pengadilan Tata Usaha Negara Indonesia adalah AAUPB sebagai mana dirumuskan oleh Crince Ke Roy dan Kuntjoro Purbopranoto,selain yang telah diuraikan di atas.


Kuntjoro Purbopranoto dalam W.Riawan Tjandra, menyebut ada 13 (tiga belas) macam AAUPB yang merupakan gabungan dari pendapat Crine Ke Roy (11 asas) dan Kuntjoro Purbopranoto (2 Asas).

Asas tersebut meliputi: asas kepastian hukum (principle of legal security),asas keseimbangan (principle of proportionality),asas kesamaan dalam pengambilan keputusan pangreh (principle of equality),asas bertindak cermat (principle of carefullnes),asas motivasi untuk setiap keputusan pangreh (principle of motivation),asas jangan mencampur adukkan kewenangan (principle of non misuse of competence),asas permainan layak (principle of fair play),asas keadilan dan kewajaran (principle of reasonableness or prohibition of arbitrariness),asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised exspectation),asas meniadakan akibat akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the consequencess of an annuled decision),asas perlindungan atas pandangan hidup/cara hidup pribadi ( principle of protecting the personal way of life),asas kebijaksanaan (sapientia) dan asasn penyelenggaraan kepentingan umum (principle of publiic service).( Purbopranoto,1981: 29-30 dan Hadjon,dkk 1994:279).


Asas asas sebagaimana disebutkan di atas masing masing dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Asas kepastian hukum

Asas ini menghendaki dihormati nya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan keputusan badan atau pejabat TUN

Konsekuensi dari asas ini adalah (Projo Hamidjojo,1993: 105)

Pertama, setiap keputusan yang sudah dikeluarkan tidak dicabut kembali, meskipun dalam keputusan itu ternyata ada kekeliruan.

Kedua, dalam hal keputusan itu dikeluarkan oleh pejabat yang tidak berhak maka Badan TUN harus mengakui adanya keputusan tersebut untuk melindungi hak yang telah diperoleh seseorang sebagai akibat dikeluarkan nya keputusan.

Ketiga, adanya rumusan kata kata pada bagian akhir isi keputusan yang dibuat yg berbunyi " apabila dikemudian hari ada kekeliruan dalam keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya" adalah bertentangan dengan asas kepastian hukum (Hadjon dkk,1994: 148)

As.


2. Asas keseimbangan,

Penjatuhan sanksi atau hukuman menurut asas ini harus seimbang nilainya dengan bobot kesalahan sehingga akan memenuhi keadilan.


3. Asas kesamaan dalam pengambilan keputusan.

Asas ini menghendaki agar Badan atau Pejabat TUN harus mengambil tindakan yang sama terhadap kasus kasus yang sama, tidak berarti diputuskan berdasarkan keputusan yang telah ada,namun tetap melihat kasus perkasus.


4. Asas Bertindak cermat

Pejabat TUN atau Badan harus senantiasa berhati-hati agar tidak menimbulkan kerugian masyarakat.


5. Asas Motivasi

Maksud agar Pejabat TUN atau Badan berdasarkan pada alasan atau motivasi yang cukup sifatnya benar,adil dan jelas.

Syarat bahwa ketetapan harus diberikan alasan, dalam arti penyusunan harus rasional.


6. Asas jangan mencampur adukkan kewenangan. Tidak boleh menggunakan kewenangan untuk tujuan selain dari tujuan yang telah ditetapkan untuk kewenangan itu.


7. Asas permainan yang layak.

Pejabat TUN atau Badan harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh informasi yang benar dan adil, sehingga dapat pula memberikan kesempatan yang luas untuk menuntut keadilan dan kebenaran.


8. Asas keadilan atau kewajaran.

Asas ini menghendaki Badan atau Pejabat TUN dalam melakukan tindakan Pemerintahan tidak bertindak secara sewenang-wenang atau tidak layak.


9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar.

Asas ini menghendaki apabila Badan atau Pejabat TUN telah membuat janji janji menimbulkan harapan kepada warga masyarakat atas janji itu,maka janji itu harus dipenuhi.


10. Asas Meniadakan akibat akibat suatu keputusan yang batal.

Asas ini menghendaki agar jika pembatalan atas suatu keputusan maka akibatnya dari keputusan yang dibatalkan itu harus dihilangkan sehingga yang terkena keputusan harus diberikan ganti rugi dan atau rehabilitasi.


11. Asas perlindungan atas pandangan hidup/cara hidup pribadi.

Asas ini menghendaki agar pemerintah memberikan kebebasan atau hak kepada setiap orang mengatur hidupnya dan pandangan yang dianutnya.


12. Asas kebijaksanaan

Asas ini menghendaki agar dalam melaksanakan tugasnya, pemerintah diberi kebebasan untuk melakukan kebijakan tanpa harus menunggu instruksi,guna kepentingan umum.


13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum

Asas ini menghendaki agar dalam menyelenggarakan tugasnya pemerintah selama mengutamakan kepentingan umum.Negara Indonesia adalah negara hukum yang dinamis yang menuntut agar aparat pemerintahannya melakukan kegiatan kegiatan yang menuju pada penyelenggaraan kepentingan umum sebagai mana esensi dari Aline IV Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia dan Pasal 33 dan 34 UUD 45.

Pasal 53 ayat 2 UU no 5 tahun 1986 telah dilakukan revisi UU no 9 tahun 2004 telah mengatur secara jelas dan tegas kedudukan AAUPB sebagai dasar untuk menguji keabsahan Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur pada Pasal 53 ayat 2 huruf b UU no 9 tahun 2004.

Hal ini berarti alasan gugatan larangan penyalahgunaan wewenang dan larangan bertindak sewenang-wenang sebelumnya diatur pada Pasal 53 ayat 2 huruf b dan c Undang Undang no 5 tahun 1986 sudah tercakup pada pasal 53 ayat 2 huruf b Undang Undang no 9 tahun 2004.

Penjelasan pasal 53 ayat 2 huruf b Undang Undang no 9 tahun 2004 menyebut bahwa yang dimaksud dengan ASAS ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK adalah:

Asas kepastian hukum

Asas tertib penyelenggaraan negara

Asas Keterbukaan

Asas Proporsionalitas

Asas Profesionalitas dan

Asas Akuntabilitas sebagai mana dimaksudkan dalam undang-undang nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Berikut pengertian dari masing masing asas tersebut menurut Pasal 3 UU No 28 tahun 1999.


1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara.


2.Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keselarasan dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.


3. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur,dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tatap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.


4.Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan negara.


5. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.


6.Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Indroharto (1993:171) berpendapat Pemerintah yang bersih dan berwibawa dapat terwujud apabila pemerintah melakukan AAUPB sebagai pedoman bertindak.

AAUPB merupakan prinsip hukum tidak tertulis yang menjadi pedoman bertindak sekali Gus menjadi tolok ukur untuk menguji keabsahan (rechtsmatigheid) perbuatan tata usaha negara dan untuk menguji segi kebijaksanaan/ kemanfaatan (doelmatigheid) perbuatan tata usaha negara.(Redaksi)


Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.