BANYUASIN,Khatulistiwanews.com-
Masyarakat Dasa Air Batu Kecamatan Talang Kelapa Km. 35 Kabupaten Banyu Asin Sumsel, mengeluhkan aktivitas galian Tanah yang masih berjalan. Padahal sebagian besar warga tengah menjalani karantina diri menghindari wabah virus corona. Warga pun meminta ketegasan pemerintah Banyu Asin menghentikan kegiatan Galian Tanah yang kerap menimbulkan kerumunan para pekerja dan juga mobilisasi ke daerah zona merah. Sabtu 2/5/ 2020/
Aktivis Lembaga Misi Perjuangan Aspirasi Rakyat Indonesia ( LM- PARI ) Bustomi Dungcik. mengatakan, keberadaan galian Tanah di Desa Air Batu yang selama ini masih menjadi pertentangan kini diperparah dengan aktivitas para pekerja yang bertolak belakang dengan anjuran pemerintah tentang social distancing di saat wabah corona seperti ini.
Hal ini kata Bustoni atau aktab disapa Tomi sangat meresahkan warga mengingat para pekerja tersebut banyak melakukan perjalanan ke luar daerah terutama yang dinyatakan zona merah Covid-19 seperti di Banyu Asin saat ini.
“Dengan tiap hari nya truk yang mengangkut Tanah Kurang lebih 50 Mobil truk akan terjadi interaksi masif di antara mereka. Pengemudi truk yang menjadi kekhawatiran masyarakat sebagai penyebar virus covid 19 di Desa Air Batu dan sekitar nya ," ungkap. Tomi.
Menurut. Tomi kebijakan pemerintah yang memberlakukan Karantina Wilayah Parsial (KWP) di malam hari akan menjadi sia-sia saat para pekerja dari luar daerah tersebut dengan mudah keluar masuk wilayah Desa Air Batu di siang hari.
Menurutnya, kebijakan KWP tidak akan berhasil selama physical distancing tidak dimaksimalkan di siang hari untuk sektor-sektor yang bukan prioritas seperti kegiatan usaha galian Tanah di Desa Air Batu tersebut.
Tanah bukanlah kebutuhan primer untuk masyarakat, sehingga bukan prioritas untuk pendistribusiannya. Jadi, seharusnya pemerintah juga tegas juga terhadap aktivitas galianTanah tersebut Bukan hanya kendaraan travel saja,” Tegas. Tomi.
Tomi berharap kepada Bupati Banyu Asin dan Kapolres Banyuasin juga Pol PP dan dinas terkait mengambil tindakan tegas terhadap penggali Tanah dan menutup Galian C tersebut.
“Tempat ibadah Masjid untuk sementara ditutup, anak anak sekolah di liburkan ASN diberlakukan WFH, spanduk dan baliho tentang imbauan physical distancing di mana-mana, akan tetapi pusat kerumunan di galian Tanah dibiarkan tanpa ada pelarangan. Apakah ada hal lain sehingga galian Tanah Tersebut masih bisa beroperasi?” ujar. Tomi.
Salah satu perwakilan warga yang tidak mau di sebutkan Nama nya, mengatakan Galian C sangat meresahkan warga di Desa Air batu dan sekitarnya, karena Mulai dari banyaknya kendaraan truk yang lalu lalang hingga menyebabkan jalan fasilitas lain ikut rusak.
Parah nya lagi ada beberapa rumah yang tidak jauh dari lokasi galian C itu sudah retak dan hampir roboh setelah aktivitas galian C itu bukan tidak bisa sewaktu waktu rumah yang ada di sekitar nya akan ambrol dampak dari galian tersebut.
Atas hal tersebut, Aktivis Tomi dan seluruh warga Desa Air batu berharap Pemerintah Kabupaten Banyu asin menanggapi persoalan yang dihadapi warga tersebut secepatnya. Yang harus dilakukan pemerintah adalah memaksimalkan semua aturan dan penegakan aturan tersebut untuk menangani wabah ini. Jangan ada ketidakadilan penegakan aturan yang hanya membuat masyarakat semakin menangis di era krisis," Tungkas nya.(Sandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar