BERITA TERKINI

Bangsa Melayu Dikawasan Nusantara.

 


Oleh :


 H. Albar Sentosa Subari ( Ketua Pembina Adat Sumsel ). 

Dan  


Marsal ( Pemerhati Sosial dan Hukum Adat Indonesia )


Muara Enim, Khatulistiwa news (25/01) Sejarah telah membuktikan bahwa banyak bangsa dan negara yang bertamadun sewaktu dahulu hancur karena mereka tidak membentuk proses ketamadunan dengan akar budaya nya sendiri. Contoh dapat kita lihat beberapa kota seperti Babylonia, Andalusia, Mesir dan Turki runtuh oleh bangsa sendiri karena mereka lari dari tamaddun mereka. Bagaimana Turki misalnya merubah pemakaian huruf Arab dengan huruf Latin dengan harapan bisa bergaul dalam kecamuk komunikasi internasional, ternyata tergilas oleh kebijakan nya sendiri karena mereka tidak sadar bahwa nafas alam pikiran manusia Turki sudah begitu terbina oleh huruf Arab yang tiba tiba dicetak begitu saja tanpa melalui suatu proses budaya.

Sebaliknya, Cina merupakan sebuah contoh, bagaimana ketika sebuah tamaddun dijaga dengan baik, negara tersebut tetap tegak dalam keranggian dan keagungan. Meski berabad abad diluluhlantakkan  oleh perang, sekian juta mati pada masa kaisar Chin Shih Huang Di, sekian juta lagi terkapar oleh serangan bangsa Mongol, dan seterusnya, tapi karena bangsa Cina tetap berbegang pada nilai nilai kebudayaan nya secara kuat, mereka tetap tegak dan bahkan kini menjadi sebuah negara yang disegani oleh banyak negara.

Dari potret sejarah peradaban budaya di luar Melayu tadi, maka bagaimana pula potret sejarah komunitas Melayu dimasa lalu hingga saat ini. Komunitas Melayu merupakan suatu bangsa di Indonesia yang cukup besar dan sangat luas wilayah sebaran nya di kepulauan Nusantara bahkan sampai mancanegara. Sama sama kita ketahui kelompok masyarakat Melayu di Indonesia, mendiami kawasan pesisir Sumatera terdiri dari Riau, Deli,Jambi, Palembang, Aceh, Sumbar, dan Kalimantan terdiri dari Pontianak, Tanjung pura. Tapi sesungguhnya, rumpun Melayu itu tersebar luas hingga di Tanah Semenanjung Malaya, yaitu Malaysia dan Singapura, hingga Patani Thailand, Moro Filipina, Madagaskar dan Afrika Selatan. Semua wilayah budaya yang didiami suku suku Melayu tersebut boleh disebut Rumpun Melayu. Pengakuan Melayu itu berkait erat dengan nilai budaya dan sejarah panjang.

Sejarah Melayu yang ditulis oleh Tun Seri Lanang mengisahkan Sang Sapurba, seorang keturunan Dinasti Syailendra dari kerajaan Sriwijaya berdiri di abad ke 7 pada mulanya justru berpusat di Muara Takus Riau dengan alasan tak mampu lagi mempertahankan dinasti nya, pada abad ke 13 beserta staf pemerintahannya menghiliri sungai Musi hingga sampai di kerajaan Tanjungpura. Disana dia mengawinkan putranya dengan putri Raja dan dinobatkan pula sebagai Raja. Setelah itu, Sang Sapurba menuju Bintan dan disana mengawinkan seorang putra nya, Sang Nila Utama dengan putri Raja Bintan yang kelak kemudian dinobatkan jadi Raja.

Kemudian Sang Sapurba meneruskan perjalanan ke Kuantan dan di sana dia diangkat menjadi Raja. Di saat bersamaan Sang Sapurba diminta pula oleh orang Minangkabau menjadi Raja sehingga Kuantan dan Minangkabau mempunyai Raja bersama. Sang Nila Utama setelah lama bertahta di kerajaan Bintan membangun kerajaan Tumasik, Singapura sekarang. Mengingat tanah leluhur di Palembang kemudian menjadi Raja Bintan dan Singapura maka Sang Nila Utama memakai gelar Sri Tan Buana sebagai wujud penggabungan Palembang, Bintan dan Tumasik.

Masa jaya kerajaan Malaka mempunyai daerah taklukan meliputi Tanah Semenanjung Melayu, Kepulauan Riau, Pesisir Timur dan Tengah Sumatera, Brunai dan Serawak, Tanjung pura, Indragiri, Palembang dan pulau Jemaja, Siantan dan Bungur, kawasan laut Cina Selatan. Begitu luas nya bentangan wilayah penyebaran orang orang Melayu dimasa silam yang hingga kini masih menyisakan situs sejarah dan realitas kehidupan yang sangat beragam. Kalau boleh disebut, eksistensi orang Melayu itu secara dominan hanya ada di kawasan serumpun Melayu seperti Malaysia, Brunei dan Riau serta sedikit di Singapura. Boleh jadi, hubungan kultural Melayu inilah yang menumbuhkan kerjasama Segitiga Pertumbuhan Singapura -Johor- Riau atau Indonesia - Malaysia -Singapura. Dan dibelahan Utara timbul pula perikatan Indonesia -Malaysia-Thailand.


Orang orang Melayu di Nusantara di masa silam mempunyai peran yang sangat besar dalam proses asimilasi dan akulturasi yang bersentuhan dengan budaya asing di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Parsudi Suparlan dan S. Budhi Santoso, orang Melayu inilah sebenarnya paling awal berhubungan dengan orang Asing khusus nya orang orang Asia dan Eropa yang datang ke Asia Tenggara untuk mencari bahan bahan mentah dan rempah rempah. Persentuhan dan interaksi orang Melayu dengan budaya luar itu telah memperkaya nilai nilai adat dan budaya Melayu.(Redaksi) 

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.