BERITA TERKINI

Laporan Keuangan Belum Beres, Direktur AEPI Curiga Langkah Menteri BUMN 'Preteli' Organisasi Pertamina



JAKARTA,Khatulistiwa News.com.
Laporan keuangan Pertamina tahun 2019, menurut penilaian Direktur Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng merasa belum beres. Soalnya, belum ada tanda tanda perusahaan BUMN terbesar di tanah air ini akan menyelesaikan  laporan keuangan 2019. Demikian ujarnya memberikan pandangan singkat, Jakarta Selasa (16/6/2020)

Diketahui, kini sudah bulan Juni 2020, oleh karena itulah Daeng mengemukakan seharusnya pertamina sudah menyiapkan laporan kwartal pertama tahun 2020.

"Namun, tiba tiba RUPS dan keputusannya ganti direksi pertamina,  rombak seluruh organisasi pertamina, unbundling seuruh rantai pasok pertamina, dan liberalisasi seluru usahanya," ungkapnya.

Ini Pertamina bukannya global Oil company,  perusahaan kelas dunia? masuk 500 fortune, tapi menyelesaikan laporan keuangan mendekati tepat waktu saja tidak dijalankan," lanjut Daeng.

"Menteri BUMN enteng enteng saja, dan tidak berusaha berbuat agar laporan keuangan BUMN beres. Kalau mengurus perusahaan pribadi boleh saja cara begini. Tapi mengurus perusahaan negara, milik bangsa, milik rakyat, ya mestinya memenuhi kaidah transparansi, akuntabilitas, yang menjadi nilai nilai universal dalam mengelola keuangan negara dan BUMM," papar Daeng menegaskan.  

Lalu kemudian yang jadi pertanyaanya, Sambung Daeng menyampaikan apakah tanpa laporan keuangan apa dasarnya  semua keputusan menteri BUMN ? Direksi yang sebelumnya berprestasi atau tidak ? Organisasi yang ada bekerja dengan baik atau tidak ?, kemukanya.

"Apa ukuran ukurannya? Atau ini hanya langkah 'kebelet pipis' kementerian BUMN untuk melalukan liberalisasi rantai Supply Pertamia agar kepentingan oligarki politik makin leluasa bermain di dalamnya? Atau hanya ini untuk mengacaukan pertamina agar terpuruk. Pertamina bangkrut kan bagus bagi oligarki. Bisnis Pertamina bisa ditelan habis oleh mereka," ujar Daeng menduga.

Sontak, Daeng pun mengemukakan apakah hanya bermodalkan keputusan menteri BUMN yang langsung dianggap sebagai RUPS pertamina, maka dipreteli semua lini usaha pertamina, tanpa dasar, tanpa argumentasi, tanpa studi ilmiah, tanpa kajian akademik, bahkan lebih memalukan sekali tanpa laporan keuangan tahun 2019, padahal ini sudah bulan Juni 2020, ulasnya.

"Jangan jangan ada usulan pihak lain ? Pihak asing dibalik 'obrak abrik' organisasi pertamina ini ? Kalau memang ada, maka harus terbuka kepada rakyat," cetus Daeng penuh tanda tanya.

"Bukankah menteri BUMN kita pemain bisnis kelas dunia, berpengalaman internasional, sepak terjangnya dalam bidang keuangan dan segala macam unrusanya tak dipertanyakkan lagi. Tapi mengelola BUMN agar laporan keuangannya tepat waktu saja tidak bisa," tukasnya.

"Jadi ini BUMN kita sedang diurus dengan teori apa ? Yang lebih enteng lagi, urusan harga BBM dan listrik yang seharusnya menjadi kekuatan untuk menolong rakyat dalam tekanan wabah korona, malah harganya gak karuan. Konsumen merasakan tarif listrik mencekik dan harga BBM tidak mau turun," imbuh Pengamat Ekonomi itu.

Sementara, situasi nya kini padahal rakyat sedang bergelut dengan  wabah, dan harga energi primer secara global sedang turun.

"Ini bahkan bukan bisnis yang profesional, ini sudah mencekik ! Jadi menteri BUMN hendaknya menyelesaikan dulu, atau minta BUMN termasuk pertamina menyelesaikan laporan keuangannya," harapnya.

"Katanya langkah mempreteli atau mengacak acak organisasi pertamina sekarang agar perusahaan lebih licah, lebih adaptif terhadap perkembangan global, lah apa ini gombal? Laporan keuangan saja gak becus bagaimana mau bicara lebih lincah. Jangan jangan lincah yang lain ?," pungkas Daeng.(Nico)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.