BERITA TERKINI

Pengamat : Indikasi Ada 'Permainan Tingkat Tinggi' Ingin Kuasai PGN Secara Murah Meriah Lewat Politik

 



JAKARTA,Khatulistiwa News.com (27/01) - Pengamat Ekonomi AEPI, Salamuddin Daeng menjelaskan bahwa situasi kini sejatinya Publik mengetahui bahwa di era ekonomi covid 19 kondisi BUMN berdarah darah, mengatasi pelemahan ekonomi, penurunan revenue, peningkatan secara relatif  beban keuangan dikarenakan akibat peningkatan resiko keuangan. Demikian pernyataan singkat pengamat ekonomi itu memberikan keterangan, Jakarta. Sabtu (27/02).


Oleh karenanya, lanjut Daeng menyampaikan bahkan publik sedikit dapat memahami ketika pemerintah memberikan dukungan bantuan keuangan dan  insentif kepada BUMN sebagaimana skema yang telah diatur dalam seluruh regulasi mulai dari UU, Perpres, hingga Permen dalam rangka covid 19 dan penanganan krisis, tukasnya.


"Akan tetapi, hal ini tidak bagi Perusahaan Gas Negara (PGN), justru menghadapi tekanan bertubi tubi disaat pandemi berlangsung," jelasnya.



Salah satunya, ungkap Daeng adalah datangnya gugatan dari DJP Kementerian keuangan mengenai selisih perhitungan pajak PGN tahun 2012-2013."Gak tanggung tanggung PGN mesti membayar kewajiban pajak senilai lebih dari 3 triliun rupiah," bebernya.


Seperti diketahui, Keputusan baru PK Mahkamah Agung (MA) mengenai hal ini sontak membuat PGN goyang, timpalnya. 


"Bukan saja karena PGN sedang kekurangan uang. Tapi keputusan ini bakal menciptakan masalah baru keuangan PGN, resiko keuangan meningkat," imbuhnya mengkritisi.


Di samping itu, ungkapnya ada hal lain yang lebih berbahaya lagi adalah kepercayaan pasar yang memburuk, mengingat PGN adalah perusahaan terbuka yang memang sangat berkepentingan pada pencitraaan yang baik."Tidak mungkin dapat diraih citra baik oleh sebuah perusahaan yang dituduh mengemplang pajak," paparnya.


"Ini masalah serius memang. Bukan sekedar masalah ekonomi, atau manajemen di PGN, apalagi masalah perpajakan semata mata, tetapi masalah ekonomi politik," ucapnya.


Yang jadi pertanyaan selanjutnya, ialah Mengapa? Menurut Daeng hal ini karena PGN diobok obok oleh sengketa ini selama bertahun tahun. Dan putusan terakhir kasus ini datang di saat upaya besar pemerintah menjalankan agenda transisi energi. 


"Dalam sektor migas transisi energi salah satunya adalah mengalihkan kebutuhan dari minyak ke gas, untuk secara kontinyu ke energi baru terbaharukan. Disinilah dalam isue transisi energi peran PGN sangatlah penting dan dapat menjadi tulang punggung transisi energi," jelasnya.


"Apa analisis ini kejauhan, atau berlebih lebihan? Tentu saja tidak! Perlu kita catat bahwa Presiden Jokowi telah terikat dengan kesepakatan perubahan iklim untuk menurunkan emisi dan meningkatkan bauran energi. Presiden akan menghadapi internasional yang akan menagih janji ini di Glasgow Scotlandia tahun ini. Bagaimana Presiden dapat mempertanggung jawabkan janjinya pada dunia? Sangat bergantung pada roadmapnya dalam transisi energi," ujarnya.


"Tapi perusahaan gas negara terbesar, malah terkesan di 'anak tiri' kan, bahkan ada gelagat sepertinya mau dihancurkan. Siapa sebetulnya pelakunya, apakah ada bandar energi kotor yang bermain?," Sindirnya.


Indikasinya, Tentu saja ini 'permainan tingkat tinggi' untuk menguasai PGN secara murah meriah lewat politik. Semoga Sinuhun mewaspadai ini, pungkas Daeng (Niko)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.