BERITA TERKINI

Masyarakat Adat Semende Menyebar Pesat ke Sumatera Bagian Selatan


Oleh :

H. ALBAR S SUBARI, SH.SU ( Ketua pembina Adat Sumatera Selatan / Peneliti Hukum Adat Indonesia ) &

MARSAL ( Penghulu Kecamatan Muara Enim / Pemerhati Hukum Adat ).

Muara Enim,Khatulistiwa News.com.
Masyarakat Adat Semende menyebar di wilayah Sumatera Bagian Selatan ( Ke Provinsi Sumsel, yaitu di Kabupaten Lahat, Kabupaten Empat Lawang, Lubuk Linggau, Muara Rupit, Musi Rawas dan Pagar Alam. di Kabupaten  OKU, di Kabupaten OKU Timur dan OKU Selatan. Ke Propinsi Bengkulu, di Kabupaten Kaur, di Bengkulu Selatan dan Kabupaten Muko Muko, Manna, Kabupaten Seluma, Kabupaten Rejang Lebong, dan Kabupaten Curup. Ke Propinsi Lampung di Kota Bandar Lampung, di Kabupaten Lampung barat, di Kabupaten lampung Utara, di Kabupaten Way Kanan, di Kàbupaten Tanggamus dan di Kabupaten Pesawaran dan  Ke Propinsi Jambi  di Sungai tebal Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sorolangon dan sekitarnya ). Menurut penelusuran sejarahnya bermula dari 15 marga. (marga adalah kesatuan masyarakat adat yang terikat oleh faktor keturunan mulanya berkembang menjadi faktor teritorial dikarenakan perkembangan atau penambahan penduduk.)

Pada kesempatan ini kita hanya akan menelusuri masyarakat adat semende yang berada di wilayah Muaraenim Sumsel.

Berdasarkan Keputusan Departemen Dalam Negeri nomor 138/1231/PUDD tanggal 29 Maret 1989, semende dibagi pembagian wilayah administrasi nya menjadi Semende Darat Laut ( SDL ), Semende Darat Tengah ( SDT ), dan semende darat Ulu ( SDU ). Menurut  pendapat yang dapat di percaya dusun tua di Semende darat berawal dari dusun/desa Perapau kemudian Pulau Panggung dan Tanjung Raya. Dari tiga desa ini menyebar sekarang ini menjadi tiga kecamatan di Semende dan telah menyebar ke manca negara bahkan di Arab Saudi banyak masyarakat Semende yang berpenduduk disana.

Sedangkan mata pencaharian mereka sebagian besar petani padi dan kopi. Masyarakat Semende seratus persen beragama islam.

Masyarakat adat semende terkenal dengan nama Tunggu Tubang. Sementara Tunggu Tubang terkenal dengan lambang dan adab kehidupan yang bermakna philosofis sebagai pedoman dalam hubungan pergaulan bermasyarakat.
Perihal lambang adat Tunggu Tubang semende ini terdapat banyak pendapat diantaranya yang terdiri dari
Pendapat pertama adalah :.tebat, kujur, Kapak, jale dan guci.

Pendapat kedua : tubang, kujur, kapak, jale, guci
Pendapat Ketiga: asahan, kujur, kapak, jale dan guci.
Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan lima lambang, kita coba menguraikan sebagai berikut
1. Jale ( Jala ).

Jala mempunyai batu dan pusat untuk menarik, kegunànnya sehari hari adalah untuk mencari ikan. Cara menģunakannya di kipaskan. Menurut adat Semende jala adalah lambang Persatuan, batu merupakan anggota kerabat yang tersebar dimana mana, pusat untuk menarik adalah alat untuk memanģil atau mengumpulkan Afit Jurai
( Kekerabatan ) yang tersebar di mana mana. Adapun orang yang mengipaskan dan menarik jala tersebut adalah pemegang Tunggu Tubang.
Lambang jale atau jala yang terdiri dari tiga bagian (pusat jale, daun jale dan batu jale). Bermakna jale dapat ditarik dari pusatnya hingga batunya berkumpul menjadi satu. Lambang ini bermakna persatuan perlu dipelihara.

2. Kapak / Kampak
Kapak terbuat dari besi, bila di gunakan akan tampak bekas matanyanya. Dalam adat Semende kampak mempunyai arti yaitu sebagai lambang keadilan dari tunggu tubang. Tunggu Tubang harus berbuat adil terhadap Afit Jurai baik dari sebelah orang tua kita maupun dari sebelah mertua kita, tidak boleh berat sebelah. Maksudnya untuk menjaga kerukunan Tunggu Tibang itu sendiri, supaya tidak terjadi pertengkaran karena mengurusi keluarga dari kesua belah pihak, istilah semende jangan asah pahat.
Lambang ini bermakna mengandung ajaran bahwa dua keluarga suami dan pihak isteri diperlukan adil dan sama di dalam membina jurai.

3.Kujur ( tombak )
Tombak biasanya Terbuat dari besi dan matanya lancip, mempunyai tangkai, kegunaannya sehari hari alat untuk berburu, cara menggunkañya di tombaķan, dan biasanya apapun yang kena akan tampak bekas di matanya.

Menurut adat semende tombak adalah adalah lambang kejujuran, ke ikhlasan, dan kestiaan dari Tunggu Tubang. Sebagaimana halnya sifat Tunggu Tubang agar di hormati dan di segani oleh orang sekampung halaman. Setia dan taat kepada ibu bapak, mertua dan Afit Jurai. Dia seperti tombak yang di tombakkan ke lembah siang ataupun malam  ia akan meluncur ke lembah dan tidak akan meleset sedikitpun.

Makaudnya Tunggu Tubang itu kalau di perintahkan ia akan menjalankan perintah ( di panggil datang di perintah di kerjakan ).
Lambang ini mencerminkan kejujuran. Kejujuran menjiwai masyarakat adat semende terutama bagi pemegang harta tunggu tubang.

4. Guci

Guci berbentuk bulat / bundar telur, tengahnya agak besar dan mempunyai tutup disebelah atas berlubang kecil, yang mirip gentong Yang terbuat dari tanah yang dibakar.

Fungsi guci ini adalah tempat menyimpan air, beras dan makanan  sebagai persediaan bila ada tamu seperti meraje dan apit jurai datang kerumah terutama di malam hari.

Guci menurut adat Semende merupakan lambang  ke manuasiaan yang anģun bersih, sabar, rapih, indah dan berahasia. Orang luar tidak akan tau isi guci tersebut karena guci tersebut tertup rapat dan rapi. Apakah busuk, manis, pahit, masam, pedas-asin atau harum semua orang luar tidak dapat menduganya itulah rahasia Tunggu Tubang.

5.Tebat / Kolam ( pauk atau danau buatan )
Tebat atau kolam ini gunanya tempat penampungan air untuk memelihara ikan dan menanam padi terdapat di sawah.

Tebat atau kolam berisi ikan yang dipelihara oleh tunggu tubang yang dapat dipanen sewaktu waktu baik dipancing maupun dijala. Tebat ini menggambarkan jiwa pemegang tunggu tubang yang harus bersabar dan konsisten dalam mengendalikan ditengah pergaulan jurai.

Menurut adat Semende kolam adalah lambang Musyawarah, setiap permasalahan yang terjadi dalam keluarga Tunggu Tubang dan keluarga besar bila tak dapat di atasi  secara Individu dan telah di beritahukan kepada keluarga beaar, maka akan di selesaikan  melalui Musyawarah di Rumah Tunggu Tubang. Tunggu Tubang harus bersifat tenang bagaikan air tebat / kolam tidak keliatan  apa yang ada di dalamnya.
Sementara Tungguan atau adab semende adalah bermakna sikap atau ulah untuk menilai apakah seseorang itu baik perempuan maupun laki laki lebih lebih kalau masih lajang untuk menjadikan sebagai teman. Tungguan Semende atau
Adab itu terdiri dari :
1. Beganti
2. Bepatian
3. Besindat
4. Bemalu
5. Besingkuh
6. Besundi

1. Beganti artinya cepat tanggap, peka waspada, siap membela keluarga, saudara harta maupun nyawanya sesuai dengan perintah agama menjaga  melindungi diri dan keluarga dari segala macam ancaman dan tantangan dari luar.

2. Bepatian artinya mempunyai cita cita yang luhur, hidup dalam rencana yang soleh, menjaga harga diri  keluarga, agama dan suku, bersemangat etos kerja, berjiwa pahlawan teladan dalam keadilan.

3. Besindat bentuk tatakrama dalam pergaulan yang mengutamakan keluhuran, orang yang tau dengan garis batas, yang dapat membedakan yang salah dan benar serta bersikaf benar terhadap : tua-muda, besar-kecil, laki-perempuan, suami-isteri, mertua-menantu, nenek-cucu, orang tua-anak, kakak-adek, guru-murid, imam-makmum, raja-rakyat, meraje-anak belai dll.
4. Bemalu, artinya mempunyai rasa malu sebagian dari iman.

5. Besingkuh ialah aturan dalam pergaulan laki laki dan Perempuan baik dalam pembicaraan atau dalam cara bertindak dan berbuat. Baik dalam keluarga sendiri maupun dengan masyarakat luar, fungsinya Singkih ini untuk menghormati  martabat dan harga dìri antara laki dan perempuan dengan adanya singkuh maka perbuatan bebas antara muda mudi dapat di hindarkan.

6. Besundi.
Besundi ialah kelanjutan dari watak budi besingkuh dalam tingkatan yang lebih tinggi yakni dalam kateladanan orang tua, pemimpin agama dan pemimpin adat. Bersikap memberi teladan (Redaksi)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.