BERITA TERKINI

Merangkul dan Melumpuhkan 'Corona' serta Menepis 'Herd Immunity'



Penulis : DR. Ir. D’Hiru, MMD, MM
Ilmuwan Kedokteran Holistik dan Herbalogi, dan merupakan Ketua Team Advokasi Kesehatan HMS Center

JAKARTA,Khatulistiwanews.com.
Bravo !! salam antusias slalu untuk sejawat para dokter , yoo..terus pompa motivasi untuk senantiasa nafas segar dan semangat-juang terus tempur dan merangkul terhadap si CORONA yang lagi dumeh si pencabut nyawa. Ya, bro sebelum obat dan vaksin didapat kita atur strategi ambigu, pinjam strategi Sonzu dan filosofi Kejawen menang tanpo ngasorke.

Dalam kedirian intrinksiknya si CORONA punya bakat genetiknya RNA(ribonucleic acid) sehingga labil eksistensinya mampu mancolo putro mancolo putri.

Maka sulit dilacak jejak nogodino pengapesannya (mengalahkan keganasannya), walau diuber kontra intelgenmedis hingga ke cairan plasma mantan survival Covid-19 (sebagai vaksin pasif yang belum jelas manfaatnya). Strain sampling virus corona yang cermat dicoding untuk dapat dipreteli kesaktiannya dilab yang canggih guna pengujian in vitro.

ee.. menthog-lagi...menthog-lagi dalam uji lanjutan secara in vivo karena karakter virus corona yang jagoan manuver mutagenik. Akibatnya sekian generasi vaksin gagal lagi .. gagal lagi. Namun, ayo terus pantang lelah dan menyerah, terus
berdedikasi bagi rekan-rekan Virolog dan pakar Biofarmasi, Biologi Molekuler di emperium laboratoriummu untuk
berjuang memperoleh obat dan vaksin Covid-19,

Dari sisi diri si pasien Covid-19, pada intervensi medis bisa terjadi respon fisiologis sistem imuniti mukosa di Paru
yang kelewat ambisius menyebabkan banjir mokus (lendir). Semulanya sih, untuk media perangkap melumpuhkan si CORONA. Demikian juga pasukan tempur Makropage-leukosit pasien kadang bertindak over showforce dengan memunculkan ajian badai sitokin, wah ! si CORONA malah mengimbangi secara counter attack dengan over production sitokin untuk media progresif duplikasi diri, maka menyebabkan Paru pasien menjadi tenggelam
sebagai ajang medan pertempuran, lha jadi gagal nafas .. pasien meninggal.

Begini bro, rekan Pulmunologist dan Akhli Penanganan Covid-19, alih-alih kita ngekor analogis pengalaman sukses  'Wuhan’ menangani si CORONA dari kabar medsos-nya dengan opsi treatment bersama obat malaria (Chloroquin
posphat, atau yang sejenis) dibarengi obat antibiotik spektrum luas, seperti Azithromycine; juga untuk antivir-RNA semisal Avigan ( Favipiravir merupakan derivat dari pirazinkarboksamida yang dikembangkan oleh Toyoma Chemichal, Jepang).

Ini mah ! agak ribet mengelola side efect nya juga masuk katagori sedikit nabrak goldenrole convensional medis treatment, ya alibinya kan memang belum ditemukan obat maupun vaksin spesifiknya untuk covid-19.

Bro, gue punya inovasi cemen (emang benar-benar belum melewati ditingkat uji klinikal), alih-alih sebagai observasi out of box, nih ! gini bro, bila infeksi baru ditingkat ISPA(infeksi saluran pernapasan atas), si covid-19 kita hadang dengan strategi treatment supporting yaitu dengan formulasi herbal(gue sendiri yang ngramu dengan 30 macam herbal selektif menjadi liquid concentrat sebagai Jamu Tetes untuk memudahkan aplikasi dan telah BPOM, pada 4 tahun yang lalu) untuk komplemennya ditambahkan madu (medic honey) dan sari jeruknipis.

Reason medis saintifiknya gini bro: dalam formulasi herbal yang integratif ini mengandung seabrek zat bioaktif dari berbagai jenis senyawa aktif biofarmasis seperti Terpenoid, Sterol, Alkaloid dan Fenolat. Maka peran antioksidan-natural konsentrasi tinggi fungsional efektif untuk proteksi membran selaput sel-sel organ tubuh, dan memblokir reseptor chenel nempelnya si CORONA pada sel-sel organ tubuh, maka si CORONA kewalahan lemah karena tidak segera mendapat substrat target, sehingga belum dapat mengagitasi sistem alarm-tubuh dengan aksi simtomatik (mungkin ini salah satu faktor adanya OTG).

Fungsi imonostimulan dan imonomodulator dari formulasi 30 herbal ini akan mendukung aksi sistem imunitas tubuh kita menjadi ekselen tidak panik tidak perlu dengan badai sitokin maupun banjir lendir. Bahkan treament bersahaja ini akan menghadang merajalelanya virus
corona secara mengkooptasi jaringan sel terinfeksi dengan apoptosis yaitu mengeblok-jalur proteinkinase (dari
peran beberapa bioaktif flavonoid dan derivat fenolat lainnya).

Dengan strategi ini saya yakin dengan konvidensi
akan menurunkan tingkat virulensi virus corona ini antara 50-75%(ditarik dari koherensi pengalaman emperikal pada Penanganan Flue burung H5N1 dari 2016 hingga 2017 di Jateng), bila menginviltrasi di lokus paru, sehingga akan meningkatkan survival keberhasilan sembuh yang signifikan, tapi tentu harus didukung equipment ventilator dan aspirator untuk darurat pernapasan dan mengeluarkan mokus yg berlebihan. Berani eksplorasi intervensi ..para sejawatku ?

Bravo !.. mulia nian tugas pengabdianmu terdepan berjibaku(berani berisiko mati dalam semangat altruistik pengabdian) dalam perang covid-19, demi ibadah dan kasih pada bangsa kita tercinta..semoga Alloh meninggikan derajat dan keluhuran martabat mu di dunia dan akherat...amin (Nico)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.