BERITA TERKINI

Pengamat : Turunkan Suku Bunga, Kalau Pemerintah Sulit Turunkan Harga BBM





JAKARTA,Khatulistiwanews.com.
Pengamat Ekonomi Politik, Salamuddin Daeng menyampaikan setidaknya ada solusi lain, jikalau Pemerintah enggan menurunkan harga BBM. Menurutnya ialah, yakni turunkan suku bunga bank. Demikian pernyataan singkatnya dirilis kembali pewarta, Jakarta. Kamis (28/5/2020)

Ungkap Daeng, bahwa karena menurunkan harga BBM bisa membuat produsen BBM dalam negeri gulung tikar. Selain bunga sekarang sudah sangat mencekik, penurunan suku bunga bank akan membantu daya beli lapisan masayarakat bawah, paparnya.

“Bukankah uang dan BBM yang dijual di Indonesia sama sama ambil di Singapura atau negara lainnya. Jadi uang dan BBM sama sama barang impor dong ? Hanya selama ini uang impor ini jual kepada masyarakat oleh bank bank dengan harga tinggi. Yakni dengan bunga tinggi dan tak peduli keadaan ekonomi masyarakat," timpal Daeng.

Pengamat Ekonomi Politik tersebut berpandangan,"Bank bank di Indonesia mengambil utang luar negeri dengan bunga yang relatif rendah dibandingkan dengan bunga yang berlaku di dalam negeri, atau suku bunga acuan yang ditetapkan bank Indonesia (BI). Jadi tampak perbankkan ini hanya sebagai kaki tangan bank asing untuk mengeruk bangsa sendiri," jelas Daeng.

Lalu, lanjutnya menyampaikan bahwa bank bank di dalam negeri juga menerbitkan 'global bond' dengan bunga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan bunga yang mereka berlakukan di dalam negeri.

"Seringkali alasannya adalah faktor depresiasi mata uang dan inflasi. Mengapa rakyat yang harus menanggung dampak inflasi dan depresiasi ? Mengapa bukan pemerintah dan negara ?," cetusnya.

Bunga yang diberlakukan oleh perbankan di Indonesia bisa tiga kali lipat dari bunga pinjaman bank di luar negeri, imbuhnya.

Seperti, menurut pengakuan Daeng sembari memberikan contoh misalnya bunga yang diberlakukan bank BUMN seperti BTN untuk KPR bisa mencapai 13 - 14 persen.

"Ini tiga kali lipat bunga global bond BUMN di pasar internasional," tukasnya.

Suku bunga yang tinggi ini secara langsung menggerus daya beli masyarakat terhadap barang barang lain, bahan pangan, membeli energi, dan membeli bernagai keperluan hidup lainnya. "Suku bunga yang tinggi ini juga menyulitkan UKM intuk berkembang , karena dua pertiga keuntujgan mereka habis untuk membayar bunga yang mencekik," paparnya.

Sementara, menurutnya bahwa dalam situasi covid 19 yang sangat melelahkan bagi dunia usaha dan masyarakat ini, kebijakan pemerintah menurunkan suku bunga akan sangat membantu menyegarkan ekonomi kembali.

"Bahkan, bila perlu bunga di Indoneisa harus disetarakan dengan bunga di China, Singapura. Atau lebih dahsyat lagi disamakan dengan bungan di USA arau Jepang yang sangat kecil sekali, bahkan peminjam kadang diberi subsidi," tandas Daeng.(Nico)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.