BERITA TERKINI

Sebagai Ilmu Pengetahuan, Pancasila Bukanlah 'Doktrin' Hingga Tak ada Alasan Tidak Memahami

 



JAKARTA,Khatulistiwanews.com (30/03) - Penggagas sekaligus deklarator pimpinan nasional Majelis  Gerakan Masyatakar Gotong Royong Pancasila ( GEMA GONG PANCASILA), Wardi_Jien , S.H mengemukakan bahwa Pancasila ialah pondasi bangsa Indonesia, yang mana bukanlah aliran (Doktrin) akan tetapi merupakan Ilmu pengetahuan. Selayaknya Ilmu Pengetahuan, Pancasila bukanlah 'Doktrin' sehingga tidak ada alasan untuk tidak memahami. Demikian katanya saat memberikan pandangan di sesi bincang bincang santai 'Cangkrukan' BelaNegara podcast yang ditayangkan di www.youtube.com/c/cangkrukan pada hari Senin (29/03) bertajuk 'Tak ada Alasan Untuk Tidak Memahami Pancasila' 


Lanjut Wardi pun angkat bicara sembari mengingatkan bahwa setidaknya ada lima (5) asas awal mulanya lahir Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 silam. Kelimanya itu, ialah Kemauan, Sejarah, Bahasa, Adat (Tradisi), dan Pendidikan. Demikian kata Pria yang acap kali sering berkecimpung di seluk beluk kalangan organisasi masyarakat (Ormas), masyarakat biasa, maupun juga kaum terpelajar (mahasiswa) itu.


Barang tentu tak ada alasan lagi untuk tidak memahami Pancasila, makanya itulah menurut Wardi sampaikan," Pancasila itu ialah Ilmu Pengetahuan bukanlah aliran atau doktrin," ujarnya menegaskan.


Saat sesi bincang bincang santai 'Cangkrukan' BelaNegara tersebut, Tarsih Ekaputra, Inisiator 'Ngopi Daring' Bela Negara sempat juga menanyakan terkait pendidikan PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang sudah dihapuskan, sementara di satu sisi bagaimana dan tanggapan serta respon atas hal tersebut. Selain itu, rela berkorban dan bela negara serta bagaimana Pancasila dalam kehidupan keseharian dan benar benar diimplementasikan.


Merespon itu, Wardi pun turut kembali mempertanyakan, setidaknya saat ini semisalnya saja ada ilmu yang mempelajari mengenai baut, mengenai kelistrikan, bahkan ilmu mempelajari tentang bumbu bumbuan dapur (red : Tata Boga, dll)."Loh, kok mengapa ilmu mengenai Pancasila malahan tidak ada. Padahal, Pancasila itu ialah Ilmu Pengetahuan bukanlah doktrin," timpalnya.


"Bila dicermati, ada beberapa poin yang tertuang dalam Pancasila. Di dalamnya modul teori 1.3.5.12.60 , dan Tri Falaq Tunggallistik yang terangkum sedari nilai - nilai agama (baik hukum syariat, Kristen, Budha, Hindu) dan adat istiadat (tradisi) bangsa Indonesia. Itulah Pancasila," lanjut penemu teori pengajaran PANCASILA Modul 1.3.5.12. 60  yang juga merupakan penemu aksara Mudareka Nusantara, Jam Nusantara, tahun Gajah Mada, JIEN ( shio) Nusantara.


Menurut Wardi menerangkan sembari memberikan contoh permisalan ibaratnya seperti pengemudi kendaraan bermotor kala mengendarai saat berkendara perlu memiliki SIM, STNK, dan menggunakan helm. Sementara, ada pandangan bahwa mengendari kendaraan itu asalkan bisa melaju dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, tanpa ada kelengkapan sudah bisa. Padahal, telah ada wawasan (pengetahuan) yang sudah menjelaskan sejatinya mana yang benar dan salah.


"Pancasila bukanlah sebuah doktrin, namun Ilmu Pengetahuan. Barang tentu, Pancasila merupakan ilmu pengetahuan dan bersifat Universal. Untuk itu, perlu dipahami dan dipelajari supaya semua orang dapat mengerti dan memahami mana yang benar dan salah," ujarnya.


"Maka itulah, dalam rangka upaya memperbaiki situasi ketidakseimbangan terjadi, perlu mengenal permasalahan yang mana kembali pada diri sendiri dan menambah wawasan," imbuhnya mengingatkan.


"Ke depan, kurikulum yang sudah saya ciptakan ini Pancasila dijadikan sebagai ilmu. Dan digali bagi seluruh dunia serta tak terbantahkan. Kesemuanya, sebanyak 315 butir, mesti akan saya siarkan di muka umum. Yang sebelumnya akan saya upayakan bahas dengan pak Kyai, Pendeta (para pemuka agama)," paparnya menjelaskan.


Lanjut Wardi menjelaskan,"Kita mengajarkan kebaikan dengan sopan santun, dimana setia dan patuh pada Pancasila. Selain itu, hancurkan musuh musuh Pancasila (diri sendiri)," ujar Wardi.


"Secara manajemen, saya berani me 'matematika' (mengukur) dengan Pancasila. Dimana 90 persen tepat, dan 10 persen melenceng. Mungkinkah, kita akan mengalami kebangkrutan ? Maka itulah, marilah kita prihatin dengan situasi seperti ini, dan koreksi ulang sistem manajemen untuk mengaplikasi ini," himbaunya.


Menurutnya jangan berharap perusahaan bakalan maju, jikalau hanya dengan Gonta Ganti Pegawai. Makanya perlu ada sistem yang preventif dan terkalkulasi, pungkasnya(Niko)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.