BERITA TERKINI

Merantau Budaya Minangkabau

 


Oleh : 


H. Albar Sentosa Subari ( Ketua Pembina Adat Sumsel ). 

Dan 


Marsal ( Penghulu KUA Kecamatan Muara Enim )



Muara Enim, Khatulistiwa News.com (14/9)- Orang Minangkabau pada umumnya perantau sehingga telah menjadi pantun :

Keratau Medang ke hulu

Berbuah berbunga belum

Kerantau bujang dahulu

Di rumah berguna belum


Menurut riwayat tatkala Minangkabau belum bernegeri  nan bagai kini, nenek moyang tinggal dahulunya di puncak Merapi yang ketika itu masih merupakan sebuah pulau.

Dengan takdir Allah, langit bersentak naik,air bersentak turun, menurunkan nenek moyang itu ke ranah ranah yang ada sekarang lalu membuat kota dan negeri. Orang bertambah banyak,bumi semakin sempit ,nenek moyang itu berlanjut mencari tanah yang subur untuk dijadikan negeri baru pula.Ada yang berdekatan dengan negeri negeri dekat dekat,ada juga membuat negeri jauh letaknya nya dari negeri asalnya.

Karena negeri yang baru itu jauh letaknya dari negeri asal komunikasi sedikit terjadi, maka di negeri baru itu dibuat lah pemerintahan sendiri yang tata kelola nya sama dengan negeri asalnya.Negeri asal ini adalah apa yang dinamakan dengan sekeliling gunung Merapi dan gunung Pasaman. Ini yang dinamakan juga pangkal tanah,sedang negeri baru dinamakan: RANTAU.

Persatuan daerah pangkal tanah dan rantau itulah yang dinamakan Minangkabau Raya (Alam Minangkabau).

Di rantau juga negeri berpenghulu, berbalai bermesjid, sedangkan suku adat dalam rantau itu sama saja dengan suku adat di pangkal tanah.Begitupun gelar penghulunya: kalau Dt.Sinaro dipangkal tanah adalah gelar orang suku  Piliang,di rantau pun gelar Dt.Sinaro gelar itu kepunyaan orang suku Piliang juga.

Sebagai mengingat riwayat sebelum Minangkabau menjadi kerajaan, negeri ini adalah baru kelarasan Koto Piliang dan kelarasan Budi Caniago diperintah oleh Datuk Ketemanggungan  dan Datuk Perpatih nan Sebatang.

Dimasa itu datang lah seorang raja dari sebelah laut dengan maksud akan mengambil negeri ini untuk diperintah nya. Kedua Datuk berselisih faham.Datuk Nan Sebatang tetap mau mempertahankan negeri ini dengan senjata,tapi yang satunya dengan trategi muslihat. Itulah yang disebut dengan Tambo: Enggang datang dari laut, ditembak oleh Datuk nan beduo,bedil selaras dua dentamnya.

Kesimpulan kaji ,raja tadi diambil untuk jadi rang SEMENDA, dikawinkan dengan saudara Datuk kedua itu. Raja itu diberi pula bersuku jaitu suku Melayu,suku yang tertua, karena amat hina rasanya di Minangkabau,jika orang tidak bersuku.

Untuk mempertahankan negeri ini , supaya jangan dapat berkuasa ,maka raja (rang SEMENDA) diterangkan,bahwa negeri ini sebelum beliau datang telah ada berpemerintahan juga. Orang di sini hidup berkeluarga dan bersuku.Kepala suku berpangkat penghulu dan bergelar Datuk dan dia memegang tampuk pemerintahan.

Lagi pula adat di sini mengatakan: Elok kampung oleh rang semenda,hukum tinggal pada mamak nya.Amat susah rasanya untuk mengubah corak pemerintahan, karena hidup bermamak telah menjadi darah daging pada nya.(redaksi)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.