BERITA TERKINI

Youtuber Babe Aldo Ragu Dengan PCR, Inilah Alasannya

 



JAKARTA,Khatulistiwa News.com  (03/09) - Pada hari Jumat (03/09) digelarlah diskusi Obrolan terbuka FORJIS, di bilangan jalan Saharjo Guntur49, yang dikenal Rumah Kedaulatan Rakyat (RKR), nampak di lokasi dihadiri aktivis, emak emak dan Salim Hutajulu Aktivis senior Malari lintas generasi, kali ini tema diskusi bertajuk ,'Membahas Seputar Kontroversi Pandemi Covid dan Vaksin,' Jakarta.


Di tengah sesi diskusi berlangsung, kisaran pukul 15.00 wib datang petugas Babhinmas, dan Babinsa. Kemudian, pihak moderator Nurlapong menjelaskan pada para peserta diskusi bahwa diskusi berlangsung dan hanya dibatasi lantaran prokes yang berlaku di era PPKM, hanya diperbolehkan sampai 16.30 wib saja.


Babe Aldo, seorang penggiat youtuber yang juga merupakan aktivis Kemukakan, kondisi saat ini jelas aman aman saja."Kalau oposisi Pemerintah cerdas, tanpa caci maki, tidak hoax, kita ga akan diciduk. ga akan kena pasal," demikian ujar Aldo menjelaskan


Sejujurnya, dirinya yakin Dr Lois itu benar. Soalnya, menurut Youtuber Babe Aldo hingga saat ini mengaku makin yakin dengan sikap Dr Lois Oiwen soal covid."Saya pernah mencari dokter Luis, dimana dia ga sempat dikasih bicara," kata Aldo menceritakan.


Terangnya bahwa sedari video yang diunggah olehnya mencapai sejuta penayangan. Dirinya sempat heran, mengapa dihapus oleh YouTube. 


"Ini kan ga ngomongin Pemerintah, dan Rezim. Lalu saya pelajari narasi saya di YouTube, 2010 RB subcriber, channel saya di hapus. Dimana 900 lebih video saya sebelumnya ga di-apa apa in. Padahal, saya berusaha Ingin menimbulkan kerasa ingintahuan masyarakat," Kemukanya.


Aldo mengatakan,"Jangan buru buru klaim seseorang covid, anosmia itu covid. Sebelum bongkar alat PCR ini, sebelumnya dicari tahu dahulu layak atau tidak alat tersebut untuk meneliti virus," ungkapnya. 


Lantaran, itulah lalu Aldo mencoba melakukan perbandingkan. Indonesia ini kan merdeka. Dirinya, melakukan riset sendiri. Dimana lima (5) kali dalam sehari. 5 jam sekali, swab PCR.


"Dimana hasilnya luar biasa, hasilnya di hari yang sama. Negatif - Positif - Negatif - Positif - Negatif ," timpalnya penuh tanda tanya.


Lalu dijelaskan, citi value nya ber variasi. Akal sehat mengatakan bahwasanya PCR dipertanyakan ke absahannya untuk menyatakan seseorang terkena covid atau tidak.


Aldo menceritakan, sebut saja, Carry Mulis, seorang ilmuwan yang menciptakan Alat PCR yang mana mati lima bulan sebelum pandemik. 


Di Wuhan, ditemukan pada Desember 2019. Lalu di Jerman, memutuskan bahwasanya penyebab di Wuhan disebut SARS , diambil penelitian dari 3 orang di Wuhan. Belum ada pandemi, mewabah langsung. 


"Dari situlah saya pelajari PCR, dimana analogi dicari tahu, baik dokter di media sosial diajak diskusi terbuka tetap tidak mau. PCR, adalah alat yang hebat dan bisa memulti play dari jutaan organisme," ungkapnya.


Aldo melontarkan pertanyaan, Apakah ini karena virus ? Penyakit yang ada duitnya, cuma covid. Dan sudah saya sampaikan intinya ini adalah Polutan Udara, dimana ada logam, yg mana masuk ke paru paru bisa menimbulkan badai sitokin. 


"Masalah ini masalah bangsa , dan bukan issue agama. Issue memecah belahan agama itu untuk memecah belahkan kita," bebernya.


Ungkapnya di Indonesia, unik soalnya ada PCR Drive True. Padahal, ketika masuk ke mesin, SOP nya sangat ketat. 


Disamping itu, ada dugaan menurutnya beberapa petugas SWAB nakes saja belum mengetahui cara dan penggunaannya, kata Aldo.


"PCR ini, alat untuk cari Virus atau cari Duit. Ini Pandemi Virus atau Pandemik Akal Sehat. Sementara, penemu nya sendiri katakan ini bukan alat untuk deteksi virus. Dokter yang ketahui hal ini, namun ga berani bicara," tandasnya.


"Contoh, misalnya secara analogi. Alat parutan kelapa. Dimana ada jahe, kunyit, semangka, tomat. Lalu diparut secara bersama sama , bagaimana bisa diketahui. Kecuali, sudah dipisahkan. Jadi, ga mungkin bisa jikalau diproses dalam waktu 1 x 24 jam," paparnya.


Karena alatnya saya masih ragu, lalu saya pertanyakan benarkah virusnya itu ada ?Timbul pertanyaan, yang sakit ada. Rumah sakit banyak ? Yang mati banyak. 


Jika meriang, dibilang covid. Tengok saja, bayi tumbuh gigi. Anosmia, dibilang covid. Analisanya itu luas. Timbul pertanyaan saya, apakah penyebab penyakit itu virus ?


2018, angka kematian di Jakarta berapa ? Angka kematian di Jakarta ini, dibawah 5 persen. Malahan di tahun 2018 dan 2017 lebih tinggi. Itu jika ditelusuri melalui data saja, pungkas Aldo.(Niko)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.