Tiga Unsur Pokok Kebahagiaan Hidup Dalam Naungan Iman

Oleh :

 Albar S Subari ( Ketua Pembina Adat Sumsel / Peneliti Hukum Adat Indonesia ) dan

Marsal ( Penghulu Kecamatan Muaraenim / Pemerhati Hukum Adat )


Muara Enim,Khatulistiwa News.com.(10/8/2020)
Pertama : ibadah
Ibadah mencakup segala yang dicintai dan diridhai Allah. Ibadah juga bermakna taat kepada Allah dengan melaksanakan semua perintah dan meninggalkan semua larangan.

Ibadah yang diperintahkan Allah SWT kepada umat manusia adalah ibadah yang dilakukan dengan penuh rasa sukarela dan ikhlas.
Allah berfirman yang terjemahan nya "Hai manusia, sembahlah Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu Dan orang orang yang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa "(.QS, 2 :21).

Ibadah itu berdiri di atas dua rukun yaitu cinta dan penghambaan diri. Firman Allah SWT. terjemahannya "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada Ku" (QS, 51:56). Selain Firman Allah swt seperti tersebut di atas, masih banyak lagi misalnya QS, 2:21., QS, 4:36., QS, 16:36.

Kedua : Menunaikan zakat hartanya dengan hati tulus.
Harta adalah sesuatu yang paling dicintai oleh setiap manusia. Apabila seseorang rela membelanjakan harta miliknya di jalan Allah, maka dia menunjukkan kesungguhan imannya kepada Allah  dan keyakinannya kepada janji dan ancaman Allah. Karena alasan itulah Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq memerangi suku suku Arab yang menolak membayar zakat sepeninggal Nabi SAW.

Zakat wajib dikeluarkan dari harta milik sendiri. Nabi saw bersabda kepada Mu'adz bin Jabal ra, ketika dia hendak mengutusnya sebagai juru dakwah ke negeri Yaman: Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatukaum dari ahlul kitab. Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang  berhak disembah dengan benar melainkan Allah dan bahwa aku ini Rasul Allah. Jika mereka mau menerima, maka beritahukan bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari semalam.

Jika mereka menerima nya maka beritahukan lah sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang orang kaya diantara mereka lalu dibayar kan kepada mereka orang orang miskin diantara mereka. Jika mereka menerima nya maka jauhi lah olehmu akan harta mereka dan takutlah kepada doa orang teraniaya karena sesungguhnya tidak ada pembatas yang menghalangi doanya untuk dikabulkan Allah.

Yang harus diperhatikan ialah, ketika mengeluarkan zakat dari hartanya hendaklah mengeluarkan nya dengan hati tulus, semata mata untuk mendapatkan ridha Allah.

Ketiga: menyucikan jiwa
Rasulullah SAW bersabda Hendaklah ia mengetahui bahwa Allah SWT selalu bersamanya di manapun dia berada.

Sunan ibnu Majah menyebut kan Rasulullah bersabda Sungguh aku mengetahui beberapa kaum dari umatku yang kelak hari kiamat datang dengan membawa banyak kebaikan sebesar gunung Tihamah, lalu Allah menjadikan amal kebaikan itu( sia-sia) bagaikan debu bertebangan. Seorang sahabat bertanya Wahai Rasulullah, sebutkan sifat sifat mereka agar kami tidak termasuk golongan mereka tanpa kami sadari. Rasulullah SAW bersabda ketahuilah mereka itu adalah saudara saudara kamu dan dari kaum kamu. Mereka mengerjakan kebaikan pada malam hari, seperti kamu lakukannya. Tetapi apabila sedang sendirian, mereka gemar melanggar larangan Allah.

Abdullah bin Dinar ra menuturkan. Suatu hari aku pergi bersama Umat bin Khatab ke Mekah. Kami berhenti istirahat ketika malam tiba. Lalu seorang pengembala dari gunung menghampiri kami. Umar berkata Wahai pengembala juallah kepadaku satu ekor dari domba domba ini. Pengembala itu menjawab Aku hanya lah hamba sahaya. Umar berkata katakan kepada tuanmu domba itu dimakan srigala. Pengembala itu menjawab. Jika begitu dimana Allah.

Mendengar jawaban itu, Umar menangis. Keesokan hari nya, dia membeli Hamba sahaya itu dari tuannya lalu memerdekakan nya dan mengatakan kepada nya. Didunia kamu telah dimerdekakan oleh kata kata mu ini, dan aku berharap kelak di akhirat kata kata itu akan memerdekakan dirimu dari azab neraka.(Redaksi)