BERITA TERKINI

Konsep Sopan Santun Budaya Minangkabau

 



Oleh : 

H Albar Sentosa Subari ( Ketua Pembina Adat Sumatera Selatan / Peneliti Hukum Adat Indonesia ) 



dan 


Marsal ( Penghulu Kecamatan Muara Enim / Pemerhati Hukum Adat )


Muara Enim,Khatulistiwa News.com.

Proses integrasi seseorang dalam pergaulan di masyarakat adat Minang sering diumpamakan dengan suatu " jalan "Untuk membentuk keharmonisan dalam kehidupan perlu mempedomani 4 jalan pergaulan itu yaitu:


1. Jalan mendaki adalah tatacara seseorang dalam bersikap, bertingkah laku kepada orang yang lebih tua atau dituakan,seperti anak kepada orang tuanya, murid kepada gurunya, kemenakan kepada mamaknya, adik kepada kakaknya. Contoh apabila dia berjalan seiring dengan orang yang lebih tua dan ingin mendahului mereka meminta izin lebih dahulu seperti pepatah ' bakato di bawah bawah manyauak di hillie hiliie".


2. Jalan menurun adalah sikap sopan santun dari yang tua terhadap yang muda seperti sebaliknya .Contoh di atas mengatakan : jalan menurun ta antak antak, ingek ingek nan di bawah kok tasingguang, jago kato kok manganal. Perlu diperhatikan, hindarkan  mengardik menghantam tanah, mangareh bakato surang. Perhatian pepatah petitih ini : ingek ingek nan di ateh, nan di bawah kok maimpok, tirih kok datang dari lantai, galodo kok tibo muaro. Pedoman penting bagi atasan atau yang dituakan, jangan terlalu cepat emosi, jangan mencaci maki, jangan mengajari anak buah atau murid yang bersifat pribadi di muka umum. Sifat utama yang tua adalah " bapadang lapang, be alam laweh, bahati lapang paham salasal. 


3. Jalan mendatar, ialah tata cara pergaulan sesama besar, baik dipandang dari usia maupun kedudukan. Dalam pergaulan sama besar perlu diingat " saling menghargai " pakai kata merendah, dijauhi kata yang kasar,  " muluik manih kucindan murah, budi baik baso katuju, lamak bak santan jo tanguli, pandai bagaue sama gadang, ingek runding kok manganai, jago sandiang kok mukoi

Dalam pergaulan sesama besar dan sesama teman sering timbul perselisihan karena masing masing merasa lebih kuat. Oleh sebab itu pergaulan memerlukan perhatian lebih di dalam kelompok ini. 


4. Jalan melereng adalah sopan santun melalui kiasan, pantun, mamang, bidal, pepatah petitih. Ucapan atau kata kiasan digunakan dalam pergaulan " segan menyegani" , umpama dengan ipar, besan, mamak rumah, sumando. Dalam pergaulan sehari hari dipergunakan kata kiasan yang memerlukan kearifan menanggapinya. Arif dan bijaksana dalam adat disebut " kato bayang",seperti ' alun bakilek " alah bakalam, bulan disangko tigo puluah, takilek ikan dalam aie, lah tentu jantan batinonya. 


Demikian beberapa tata cara sopan santun di dalam pergaulan sesama anggota masyarakat Minang. Tentu hal hal seperti di atas juga berlaku secara umum di lapisan masyarakat adat di nusantara ini. Hanya tinggal lagi dalam bentuk pelestarian nya sangat tergantung pada nilai rasa di masing masing masyarakat adat. Tokoh informal yang sangat menentukan nya. Karena adat di nusantara ini mengenal budaya Panutan(Redaksi)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.