BERITA TERKINI

Pergerakan Pemuda dan Feodalisme Pasca 28

 


Oleh : 



H. Albar Sentosa Subari ( Ketua Pembina Adat Sumsel ). 

Dan 


Marsal ( Penghulu KUA Kecamatan Muara Enim )


Muara Enim,Khatulistiwa News- (29//10) Mochtar Lubis pernah menyimpulkan bahwa sejak tahun 1928 , yaitu saat Pemuda di Nusantara ini ingin mewujudkan Persatuan Indonesia,sifat feodalisme itu sudah tidak banyak lagi.

Seseorang misalnya yang berhak memakai Gelar Raden Mas,tidak pernah memakai nya lagi.Dan banyak lagi contoh nya.Umumnya kaum ningrat dari angkatan 1928,tidak pernah memperlihatkan sikap sikap seperti sekarang yang seringkali nampak di acara televisi, terhadap pejabat tinggi yang sama seperti dulu menerima kedatangan Residen Residen, Gubernur Gubernur, Sultan, Pembesar pembesar Belanda lainnya.Malahan lebih lagi.

Tentu timbul pertanyaan orang,apakah mereka yang diperlakukan begitu memang keturunan raja raja.Tentu ini dijawab itulah sebenarnya" Neo feodalisme yang ada sekarang.

The new Aristocrat " ialah klas orang kaya, pejabat tinggi, berpangkat berbintang, yang menjalar ke bawah kepada sanak saudara dan anak anak.Ini memang dapat dikatakan semacam dekadensi, karena memperlihatkan" gap" besar antara klas tinggi dan klas rendah.

Sebenarnya pengertian aristokrasi tidak jelek.Aristokrasi intelek, aristokrasi entrepreneur, dapat berarti baik, tanpa menonjol secara lahir, tetapi tidak diakui diam diam oleh masyarakat, bahwa mereka itu adalah golongan yang patut dihargai.

Beberapa komentar orang asing menganggap kita " boros" dan lekas puas.Seperti nya komentar orang asing itu ada benarnya, karena memang ada lapisan masyarakat kita memperlihatkan kekayaanya dengan keborosan,dan bahkan banyak kita bermental" tidak bertanggung jawab"   dimana seorang pemimpin selalu menyalahkan bawahan, yang bawahan bilang bukan salah saya karena hanya menjalankan perintah pimpinan.

Malahan sejumlah sarjana pun kelewat puas, dengan satu atau lebih titelnya,namun fakta belum tentu menguasai vaknya.

Pernah ditulis oleh Mochtar Lubis dalam bukunya Manusia Indonesia, Orang keranjingan memakai titelnya, tanpa pernah memperlihatkan bukti bahwa bahwa titel itu benar benar didapatnya karena ilmu ilmu yang bersangkutan dikuasainya.

Malah sekarang sudah menjadi alat komuniti politik atau komuniti jabatan.Sehingga berlomba lomba mendapatkan nya dengan cara apapun.

Kita harus member contoh kepada generasi muda bangsa,bahwa apa yang disebut sebut sebagai kelemahan diri kita, kurang sekali kebenaran.

Plato berpendapat bahwa manusia itu sekalipun sifatnya jelek, dapat diperbaiki dengan pendidikan,dan diajak tunduk pada norma kehidupan.

Misalnya kita mencari didalam konstitusi kita sendiri, yaitu bilamana dilaksanakan dengan baik, terutama pasal 33 , maka banyak yang akan tertolong.Teori teori tak perlu, maupun konsep konsep tidak terlalu urgen.Yang perlu ialah melaksanakan apa yang telah menjadi kewajiban itu, dengan jujur, berwatak tinggi dan dengan perasaan kasih terhadap rakyat.

Dalam pembangunan manusia terutama pemuda pemudi nya adalah mutlak, bila hendak membangun negara ada 3 soal yang penting yaitu Pembangunan Pendidikan, Pembangunan Kesehatan,dan Pembangunan Sosial generasi muda.

Andai saja tidak ada korupsi, tidak ada penyelewengan penyelewengan kerja tidak ada penyelundupan,maka tanah air Indonesia, cukup mampu membiayai semua itu.Tanah air kita kaya.Buat pembangunan bangsa harus diprioritaskan tiga hal di atas.Dengan sendiri nya ketahanan nasional dan pertahanan negara memiliki dasar atau fondamen yang lebih kokoh.(Redaksi)

Khatulistiwa News Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.